Memahami Teori Perilaku Terencana (TPB) dalam Pendidikan

Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) atau disingkat TPB adalah cabang dari ilmu psikologi. Dalam konsep ini, ada 3 komponen penting yang berhubungan dan berinteraksi dalam membentuk perilaku seseorang, yaitu sikap, norma subjektif, dan kendali perilaku yang dirasakan.

Tulisan ini akan membahas tentang Theory of Planned Behavior (TPB) yang merupakan teori psikologi yang menghubungkan keyakinan dengan perilaku. Topik ini menjelaskan tentang tiga komponen utama TPB yaitu sikap, norma subjektif, dan kendali perilaku yang dirasakan serta bagaimana ketiga komponen ini saling berkaitan dan mempengaruhi niat dan perilaku seseorang. Selain itu, topik ini juga memberikan contoh implementasi TPB dalam pendidikan anak usia dini dan remaja.

Pengertian Teori Perilaku Terencana

The Theory of Planned Behavior (teori perilaku terencana) adalah sebuah teori psikologi yang menghubungkan keyakinan dengan perilaku. TPB menganggap bahwa tiga komponen utama yaitu sikap, norma subjektif, dan kendali perilaku yang dirasakan secara bersama-sama membentuk niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu, dan niat inilah yang menjadi prediktor perilaku.

Objek kajian TPB adalah perilaku manusia di berbagai domain seperti kesehatan, lingkungan, olahraga, dan lain sebagainya. Teori ini digunakan untuk mempelajari hubungan antara keyakinan individu dengan perilaku dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang.

Manfaat dari TPB adalah dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan intervensi atau program yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang. Misalnya, dalam konteks kesehatan, TPB dapat digunakan untuk merancang kampanye edukasi yang dapat mempengaruhi niat individu untuk melakukan perilaku sehat seperti berolahraga secara teratur atau mengonsumsi makanan sehat. Dalam konteks pendidikan, TPB dapat digunakan untuk memotivasi siswa untuk belajar dengan membuat mereka memiliki sikap positif dan niat untuk belajar dengan keras.

Tiga Komponen Teori Perilaku Terencana

Tiga Komponen Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior/TPB) adalah teori psikologis yang menjelaskan bagaimana tiga komponen yaitu sikap, norma subjektif, dan kendali perilaku yang dirasakan, dapat membentuk niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Berikut penjelasan tiga komponen TPB

Sikap

Sikap seseorang terhadap suatu perilaku dipengaruhi oleh keyakinannya tentang hasil dari perilaku tersebut. Jika dia punya sikap positif, kemungkinan besar dia akan bermaksud untuk melakukannya.

Faktor Pemicu

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap seseorang, antara lain:

Pengalaman masa lalu: Pengalaman seseorang dapat mempengaruhi sikapnya terhadap suatu hal. Jika seseorang memiliki pengalaman positif terkait belajar di masa lalu, maka ia mungkin memiliki sikap yang positif terhadap belajar untuk ujian berikutnya.

Informasi dan pengetahuan: Informasi dan pengetahuan yang diperoleh seseorang juga dapat mempengaruhi sikapnya terhadap suatu hal. Jika seseorang memperoleh informasi dan pengetahuan yang positif tentang manfaat belajar untuk ujian, maka ia mungkin memiliki sikap yang positif terhadap belajar.

Lingkungan sosial: Norma sosial dalam lingkungan sosial seseorang, seperti keluarga, teman, dan kolega, juga dapat mempengaruhi sikapnya terhadap suatu hal. Jika lingkungan sosial yang dimiliki seseorang mendorong dan mengapresiasi pentingnya belajar, maka ia mungkin memiliki sikap yang positif terhadap belajar.

Nilai dan keyakinan: Nilai dan keyakinan yang dimiliki seseorang juga dapat mempengaruhi sikapnya terhadap suatu hal. Jika seseorang memiliki nilai dan keyakinan yang positif terhadap belajar, misalnya bahwa belajar adalah penting untuk mencapai tujuan hidup, maka ia mungkin memiliki sikap yang positif terhadap belajar.

Emosi: Emosi yang dirasakan seseorang juga dapat mempengaruhi sikapnya terhadap suatu hal. Jika seseorang merasa senang dan termotivasi untuk belajar, maka ia mungkin memiliki sikap yang positif terhadap belajar.

Semua faktor tersebut dapat saling berinteraksi dan mempengaruhi sikap seseorang terhadap suatu hal, termasuk sikap terhadap belajar untuk ujian

Norma Subjektif

Norma subjektif atau harapan orang lain terhadap perilaku seseorang juga berpengaruh terhadap niat dan perilaku individu. Jika seseorang merasa bahwa orang lain mengharapkan dia melakukan suatu perilaku, dia mungkin lebih cenderung untuk melakukannya.

Istilah “subjektif” dalam konteks norma subjektif, itu berarti bahwa keyakinan individu tentang harapan orang lain terhadap perilaku mereka didasarkan pada persepsi atau pandangan pribadi mereka. Artinya, norma subjektif bukanlah suatu norma yang objektif dan dapat diukur secara langsung, tetapi lebih bersifat subyektif dan tergantung pada pandangan individu tentang harapan dan norma kelompok sosial yang mereka identifikasi.

Jadi, norma subjektif muncul dari keyakinan atau persepsi individu tentang norma sosial yang ada di sekitar mereka, dan bukan dari norma yang sudah ditetapkan secara resmi atau norma yang diakui secara universal.

Faktor dalam Norma Subjektif

Norma subjektif dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:

Kelompok sosial: Orang cenderung dipengaruhi oleh kelompok sosial yang mereka identifikasi, seperti teman sebaya, keluarga, atau rekan kerja. Jika kelompok sosial tersebut memiliki harapan yang sama tentang suatu perilaku, maka individu cenderung mematuhi norma tersebut.

Kepercayaan terhadap kelompok sosial: Kepercayaan individu terhadap kelompok sosial yang mereka identifikasi juga mempengaruhi norma subjektif. Jika individu percaya bahwa kelompok sosial tersebut berkompeten dan dapat dipercaya, maka mereka lebih mungkin untuk mematuhi harapan kelompok tersebut.

Ketergantungan pada kelompok sosial: Ketergantungan individu pada kelompok sosial juga mempengaruhi norma subjektif. Jika individu merasa sangat bergantung pada kelompok sosial tersebut, maka mereka cenderung mematuhi harapan kelompok tersebut.

Karakteristik individu: Karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, dan tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi norma subjektif. Misalnya, individu yang lebih muda cenderung lebih dipengaruhi oleh teman sebayanya, sementara individu yang lebih tua cenderung lebih dipengaruhi oleh keluarga mereka.

Dalam situasi tertentu, norma subjektif dapat diubah melalui kampanye atau program yang bertujuan untuk mengubah sikap atau norma sosial yang ada dalam suatu kelompok sosial.

Kendali Perilaku

Kendali perilaku yang dirasakan juga mempengaruhi niat dan perilaku seseorang. Jika dia merasa punya kekuatan untuk melakukan suatu perilaku, dia kemungkinan akan melakukannya.

Dalam TPB, niat dianggap sebagai penghubung antara sikap, norma subjektif, kendali perilaku yang dirasakan, dan perilaku sebenarnya. Niat individu dipengaruhi oleh ketiga komponen tersebut dan kemudian mempengaruhi perilaku sebenarnya.

Dalam praktiknya, dengan mengukur dan mengubah sikap, norma subjektif, dan kendali perilaku yang dirasakan, kita dapat membantu meningkatkan niat dan perilaku individu dalam berbagai hal seperti kesehatan, lingkungan, dan keuangan.

Faktor Kendali Perilaku

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kendali perilaku yang dirasakan atau perceived behavioral control (PBC) antara lain:

Sumber daya: Sumber daya individu seperti waktu, uang, dan akses ke fasilitas yang dibutuhkan dapat mempengaruhi PBC. Jika seseorang merasa mereka memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan perilaku tertentu, maka PBC mereka dapat meningkat.

Keterampilan: Keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan perilaku tertentu juga dapat mempengaruhi PBC. Jika seseorang merasa memiliki keterampilan yang cukup untuk melakukan perilaku tertentu, mereka mungkin merasa lebih percaya diri dalam melakukan perilaku tersebut.

Lingkungan sosial: Lingkungan sosial, termasuk dukungan dan tekanan dari orang-orang di sekitar, dapat mempengaruhi PBC. Jika individu merasa didukung atau tidak dihambat oleh orang lain dalam melakukan perilaku tertentu, maka PBC mereka dapat meningkat.

Pengalaman sebelumnya: Pengalaman sebelumnya dalam melakukan perilaku tertentu dapat mempengaruhi PBC. Jika seseorang telah berhasil melakukan perilaku tersebut sebelumnya, mereka mungkin merasa lebih yakin dan mampu melakukannya lagi di masa depan.

Kemudahan: Kemudahan dalam melakukan perilaku tertentu juga dapat mempengaruhi PBC. Jika perilaku tersebut mudah dilakukan, misalnya dengan memiliki akses yang mudah atau tidak memerlukan upaya yang besar, maka PBC dapat meningkat.

Semua faktor di atas dapat berinteraksi satu sama lain dan mempengaruhi PBC individu dalam melakukan perilaku tertentu.

Hubungan Tiga Komponen Teori Perilaku Terencana

Ketiga komponen dalam Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) atau TPB, yaitu sikap, norma subjektif, dan kendali perilaku yang dirasakan, saling berkaitan dan berinteraksi dalam membentuk perilaku individu.

Sikap individu terhadap suatu perilaku dipengaruhi oleh keyakinan individu tentang konsekuensi atau hasil dari perilaku tersebut, serta penilaian individu terhadap konsekuensi tersebut. Jika seseorang memiliki sikap yang positif terhadap suatu perilaku, maka mereka mungkin lebih cenderung untuk bermaksud untuk melakukannya.

Norma subjektif atau keyakinan individu tentang harapan orang lain terhadap perilaku mereka juga dapat mempengaruhi niat dan perilaku individu. Jika seseorang merasa bahwa orang lain mengharapkan mereka melakukan suatu perilaku, maka mereka mungkin lebih cenderung untuk bermaksud dan melakukannya.

Kendali perilaku yang dirasakan atau perceived behavioral control (PBC) juga mempengaruhi niat dan perilaku individu. Jika seseorang merasa memiliki kendali atau kekuatan untuk melakukan suatu perilaku, maka mereka mungkin lebih cenderung untuk bermaksud dan melakukannya.

Dalam TPB, niat dianggap sebagai mediator antara sikap, norma subjektif, kendali perilaku yang dirasakan, dan perilaku sebenarnya. Dengan kata lain, niat individu untuk melakukan suatu perilaku dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif, dan kendali perilaku yang dirasakan, dan niat tersebut kemudian mempengaruhi perilaku sebenarnya.

Implementasi Konsep TPB dalam Pendidikan Usia Dini

Untuk menerapkan konsep Teori Perilaku Terencana dalam pendidikan anak usia dini, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:

Meningkatkan Sikap Positif terhadap Belajar Membuat kegiatan belajar lebih menyenangkan, kreatif, dan menarik perhatian anak. Dapat dilakukan dengan cara bermain peran atau menggunakan alat peraga edukatif.

Mendorong Norma Subjektif yang Positif Memberikan contoh positif dari orang dewasa, seperti guru atau orang tua, yang menunjukkan kepentingan dan nilai belajar yang baik agar anak memahami bahwa belajar itu penting dan menyenangkan.

Meningkatkan Kendali Perilaku Memberikan lingkungan belajar yang teratur dan terorganisir agar anak dapat fokus dan mudah mengatur waktu. Orang dewasa juga dapat mengajarkan cara menghindari gangguan dan meningkatkan kemampuan anak dalam mengatur perilaku.

Memberikan Motivasi Orang dewasa dapat memberikan pujian atau penghargaan atas prestasi anak dalam belajar, dan mengajarkan anak tentang nilai dan manfaat belajar untuk masa depan mereka.

Menggunakan Teknologi Penggunaan aplikasi atau media pembelajaran digital dapat membantu meningkatkan kendali perilaku dan mengatasi hambatan seperti kurangnya akses ke sumber belajar.

Dalam penerapan konsep TPB, perlu diperhatikan karakteristik anak usia dini seperti keterbatasan konsentrasi dan pemahaman yang masih terbatas. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak agar dapat mencapai hasil yang maksimal.

Penutup

Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior/TPB) adalah teori yang berfokus pada pengaruh sikap, norma subjektif, dan kendali perilaku terhadap perilaku seseorang. Dalam konteks pendidikan, TPB dapat digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan motivasi dan perilaku positif siswa terhadap pembelajaran.

Tarbiyah adalah konsep Islam tentang pendidikan dan pengembangan manusia secara holistik, yang mencakup pengembangan intelektual, moral, dan spiritual. Dalam konteks ini, tarbiyah dapat berkontribusi pada pengembangan karakter siswa yang baik, karena fokus Tarbiyah pada pengembangan nilai-nilai moral dan agama yang penting dalam kehidupan siswa.

Pendidikan karakter adalah pendekatan dalam pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan karakter siswa melalui pembelajaran nilai-nilai moral dan etika. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum untuk meningkatkan karakter siswa dan membantu mereka menjadi warga negara yang baik.

Dalam hubungan antara ketiga konsep tersebut, Teori Perilaku Terencana dapat digunakan sebagai dasar untuk membentuk sikap positif siswa terhadap pembelajaran, sedangkan tarbiyah dan pendidikan karakter dapat digunakan untuk mengembangkan nilai-nilai moral dan etika yang penting dalam kehidupan siswa. Dalam hal ini, TPB, tarbiyah, dan pendidikan karakter dapat bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas, yaitu menciptakan siswa yang berakhlak mulia dan berperilaku positif.

Tinggalkan komentar